saya, cina dan islam

Posted on April 25, 2008. Filed under: 1 |

(special pakai telor tuk daniel.. juga tuk avianto, tentang perbedaan dalam kehidupan kanak-kanak saya, yang telah secara tidak langsung membangun jiwa saya hari ini.. yang membuat saya cinta indonesia.. )

bekerja di sebuah perkebunan rosela -tanaman tuk serat bahan karung goni- di lampung, ayah saya banyak menghabiskan waktu bersama para pekerja dari segala kalangan. ayah saya -yang cina totok- menjadi pandai berbicara dengan bahasa daerah para pekerjanya. tentu sebatas bahasa pergaulan, tapi terhitung sangat fasih..
lalu ibu saya -blasteran cina jawa- berwirausaha catering. meski kecil-kecilan, beliau memiliki beberapa pembantu yang beraneka suku bangsa, terutama jawa dan bali. saya tinggal di jantung kota alias dekat pasar, ciri khas pecinan di hampir setiap kota di indonesia.

ada yang sangat kental dalam ingatan,
ibu saya adalah seorang yang sangat murah hati dalam soal makanan. sebagai pengusaha catering kecil-kecilan, pintu rumahnya selalu terbuka. ada bibi tukang kue dan bibi tukang pecel, langganan yang setiap hari lewat. mereka berjualan seperti tukang jamu gitu, berkebaya dan kain batik. lalu seorang loper koran, yang invalid alias cacat kaki. begitu akrabnya kami, sehingga mereka itu sering istirahat di rumah, ikutan duduk dan minum, bahkan sesekali ikut makan kletak-kletik yang ringan, yang kebetulan ada.

suatu ketika, saya disuruh beli mie ayam di sebuah tempat, agak jauh dari rumah. waktu kecil, saya itu sakit-sakitan dan suka pingsan. dan tiba-tiba, saya pingsan ketika kelamaan menunggu giliran mie ayam saya. dan yang menolongnya saat itu, adalah bibi tukang kue langganan itu. dia mengendong saya ke rumah, dan meninggalkan begitu saja dagangannya di tukang mie. wah, ibu saya jelas sangat berterimakasih, maka dibelinya semua dagangan bibi kue hari itu. entah apa jadinya saya jika tidak ditolong bibi kue itu yaa??

waktu kecil, saya juga terkenal maniak baca. saya dan kakak berlangganan majalah bobo, hai, kawanku, gadis, anita cemerlang, nina, dan kuncung. ibu saya berlangganan kartini dan femina, ayah saya jelas koran dan majalah tempo. dan saya melahap semua bacaan itu, bahkan sampai iklan baris di koran. kalau sudah kehabisan bacaan, saya suka ikut baca di lapak koran, tempat kakaknya loper koran langganan saya itu berjualan. ibu saya sudah hafal kok, jadi mudah mencari saya ke sana. dan itu seru loh, saya suka bertanya ini-itu pada kakaknya loper koran itu. menurut saya, dia itu pinter. rasanya tidak ada yang tidak dia tahu. jawabannya sih, -ya pinter dong, jaga lapakkan sambil baca-baca juga.. hehehe..

ibu saya juga punya kebiasaan unik. yaitu, acara wajib tuk kami sekeluarga mengantarkan para pembantunya mudik lebaran. para pembantu itu tinggal di daerah transmigrasi di seputar lampung tengah. ada pringsewu, sukawana, brebes dsbnya. transmigrasi bedol desa gitu deh, jadi sampai nama desanya di jawa juga di bawa ke lampung. buat ibu dan ayah saya, itu terhitung mengisi liburan. wah, orang sekampung akan menonton kami yang datang dari kota. memegang mobilnya, bahkan memegang-megang saya. mereka suka memanggil saya “non”. bahkan tak jarang, saya dicium.. hehehe, oleh nenek-nenek kampung gitu loh, aduhhhh.. kena bau sirihnya deh ;P. biasanya kami suka dijamu dengan makanan khas mereka. nah ini yang saya suka… aneh-aneh dan khas bau kampung gitu. termasuk yang saya inget, pake piring dari kaleng. jadul pisannn..

ehmm, lebaran mereka tidak ada dalam rekaman ingatan saya, wong kami mengantarkan di saat beberapa hari sebelum lebaran dan menjemputnya kembali sesudah lebaran. jadi saya tidak tahu budaya atau kebiasaan islamnya mereka dalam berlebaran, tapi saya hafal bau dan cara mereka menjamu kami..

ibu saya juga punya kebiasaan menabung gaji para pembantunya, lalu dibelikan emas. maklum, paman-paman saya itu toko emas. jadi ketika membawa para pembantu itu pulang kampung, mereka terlihat kinclong. itu kali deh, yang membuat para orangtua pembantu itu suka ke keluarga kami. dan biasanya, sepulang dari kampung mereka, gantian kami dibawakan banyak hasil dari lahan mereka. dari rambutan, duren, pisang, banyak deh. wah.. saya sangat menikmati perjalanan itu, saya merasa dekat dengan kehidupan mereka.

lalu, walau daerah saya itu pecinan, tetangga sebelah rumah adalah orang minang. dia minang asal palembang. saya memanggilnya : Ujang, dan istrinya : Uni. mereka dagang sepatu di pasar. hidup mereka saat itu, tidak begitu sukses. namanya orang dagang.. kadang untung, kadang buntung. mereka baru mempunyai anak pertama lelaki, bernama Hepi. hehehe, anak itu sudah seperti anak ibu saya sendiri loh. ibu saya suka memberinya makanan. merekapun tidak sungkan ikut makan di rumah. dan meski ibu saya cina, beliau tidak suka memberi makanan dari babi kepada mereka yang muslim.

budaya saling mengerti dan menghargai itu, terbangun begitu saja deh.. saya yang kecil, ya tinggal merasakan saja..

nah, ketika saya sma, sudah merantau ke bandung tapi belum masuk islam, Hepi itu wafat. jatuh di kolam renang saat pelajaran renang dari sekolah. saat itu, uni dan ujang sudah tidak menjadi tetangga kami, sudah pindah. ibu saya menceritakannya ketika saya mudik semesteran. ibu saya menangisi hepi itu, beliau terkenang mengendong hepi saat kecil. hehehe, aneh aja.. cina menangisi minang. sampai ibu saya bilang, kalaupun saya terpaksa menikah dengan pribumi, salah satu yang diizinkannya ya dengan suku minang, selain tentu dengan jawa karena ibu saya blasteran cina-jawa. walau kalau bisa ya dengan cina lagi. hahahaha, ada-ada saja.

banyak deh, cerita seputar kedekatan saya dengan semua indonesia. sehingga kadang di saat-saat seperti itu, saya tidak merasa saya ini cina. rasanya sama saja dengan mereka. mereka itu nafas, jiwa dan rasa saya juga..

hanya ketika saya masuk smp negeri, rasa beda itu baru menyeruak. justru di bangku sekolah saya mengenal perbedaan, merasa cina dan minoritas. sebelumnya sd katolik, beda itu tidak terasa, karena saya kan dalam komunitas sejenis. memang ada suku lain, tapi relatif tertata rapi. kami cenderung satu warna alias homogen. sama saja dengan sekolah islam terpadu saat ini, meski dari berbagai suku, tapi cenderung tertata tuk homogen.

sementara di sekolah negeri, saya belajar tuk lebih mengenal wajah asli indonesia..
jujur, rasanya seru…

saat ini, saya tetap suka dan menikmati berbincang dengan tukang ojek langganan. dengan mang kosim dan mang udin, tukang sayur langganan. juga dengan udin dan rohman pengantar aqua dari warung langganan. saya juga suka bergurau dengan mas marno, kristen sleman pemilik warung langganan saya. saya juga suka menemani anak saya les wushu, menunggu dan ngobrol bersama para china lainnya. saya malah tidak pernah ketemu dengan china mualaf lainnya loh.

saya tidak pernah mereka-reka lingkungan pergaulan saya, saya cenderung jalani saja apa adanya..
dan saya suka keheteroan ini..
saya justru tersiksa dalam kehomogenan, rasanya sempit.. oksigen dikit..

dan jujur lagi nih.. ini special tuk daniel..;P
ajaibnya, ga pernah ada cina yang suka sama saya loh.. hehehehe.. teman-teman kakak saya juga ga ada tuh yang mau ke saya, padahal mereka semua cina. aduhhhh, saya ga tahu tuh kenapa. pengalaman, dari yang pernah mengajukan “proposal” ke saya, tercatat itu selalu dari pribumi. dari sebelum dan -jelas- setelah islam. sungguh, tidak pernah ada orang cina yang mengatakan suka ke saya. sampai saya bertanya-tanya, apa saya ini kurang menarik tuk orang cina yaa?? aduhhhh.. hehehe..

seperti saya tulis di awal cerita ttg kemualafan saya.
meski dibiasakan heterogen, jelas orang tua saya tetap tidak bisa menerima islam. boleh pilih agama apa saja, asal jangan islam. boleh dengan suku apa saja, asal jangan islam. bahkan kalau perlu melakoni nikah beda agama, mungkin itu lebih baik menurut ibu saya, daripada saya masuk islam.
klise kali yaa.. islam lebih terkenal dengan kekerasan, poligami dsbnya. entah kenapa??
dan yang bener-bener entah kenapa, saya yang cina kok cinta islam..?
hehehehe..

itulah saya..
saya yang cinta indonesia..

anis

Make a Comment

Tinggalkan Balasan ke Deanova Batalkan balasan

50 Tanggapan to “saya, cina dan islam”

RSS Feed for “Islam Indie” Comments RSS Feed

Halo om. Salam kenal. Kunjungan Pertamax aku kesini.

Asik juga kisah hidup om. Semoga bangsa ini bisa lebih adil kepada minoritas ya om. Semoga bangsa ini bisa lebih menghargai perbedaan dan bukan malahan mengungkit-ungkitnya. Salam nasionalisme dan humanisme 🙂

Ibu Anis, aku terpaksa tidak berkomentar karena takut terkesan menyanjung lagi, lagi dan lagi hehehe…

Tapi kalau boleh aku memberikan saran, bukukanlah semua pengalamanmu itu. Kalau Anis butuh editor, aku menawarkan diri secara prodeo alias gratis. Aku akan merasa senang mengerjakannya demi pluralisme dan demi Indonesia yang sama-sama kita cintai.

Salam hangat.

Etnis tionghoa (saya lebih senang menyebut tionghoa, karena istilah cina lebih terasa orang asing) adalah salah satu etnis bangsa Indonesia seperti halnya Sunda, batak, bugis dll. Sedikit bentrok/konflik budaya antara tionghoa dengan suku lain adalah hal yang biasa, seperti halnya Sunda dengan batak, atau madura dengan dayak. Pengalaman manis dalam sejarah hidup anda dengan suku lain, semoga dijadikan inspirasi bagi suku2 lain di Indonesia agar juga memahami hidup berdampingan jauh lebih manis ketimbang konflik. Salam manis

Sebetulnya derita menjadi Cina tidak hanya dirasakan orang Cina. Suku minoritas di antara kerumunan mayoritas suku lain juga.
Aku yg orang Minang pernah nggak mau ngaku Minang karena sering ribut dengan orang Jawa. Padahal aku lahir dan besar di Jakarta dan mereka yg orang2 Jawa itu juga.

Namun setelah besar, aku menyadari bahwa menghadapi perbedaan itu adalah pengalaman yg sangat berharga.

aneh yaa anis ini, tapi nggak aneh kok wajar
aja karena karena kamu berada di lingkungan
islam dan vberbaur dengan semua suku yang aneh
kok nggak ada sih yang suka sama kamu aku uadah
suka baru dengar sepenggal ceritamu trus skrg

Bu Anis, blog anda adalah yang paling sering saya kunjungi. Semua tulisan anda membuat tentram di hati.

@om adieska
saya bukan om-om loh, hehehe.. salam kenal juga.

@bung robert
surprise bacanya, makasih… saya sih mau banget. dieditorin oleh bung robert, yang bahasanya keren abis. tapi.. trus diapain kalau sudah diedit? ditawarkan kepada penerbit gitu ya?? saya kok belum kepikiran yaa?? ;P
jujur nih, saya sebetulnya pernah diorder nulis cerita tuk anak oleh penerbit mizan. dan saya sudah produk 2 buku, tapi itu jadul banget. tahun 95-96. lumayan buat nambah makan saya waktu itu. ke sininya, saya ga produktif. bukan apa-apa. saya kok merasa terlalu memaksakan diri tuk menulis religius gitu. walau pasar tuk buku religius itu ada, tapi saya-nya yang merasa ga ingin membohongi pembaca kalau saya tuh.. sebetulnya ga religius amat, hehehe..

jadi yaa, saya eksplorasi hal lain aja. blog ini adalah bentuk eksplorasi saya itu, dan ga terlalu religius kan?? saya nih, biasa-biasa saja. kemarin aja, di opsi pilihan jalan-jalan tuk ibu-ibu di kompleks saya, yang lain pilih shopping dan wisata ruhani.. saya kok lebih suka outbond. hehehe.

@kang Aom..
nuhun pisan, kang..
saya sih free aja dipanggil cina atau tionghoa, sama saja deh. soalnya, kasian juga kalau yang lidahnya ga biasa nyebut tionghoa, tiba-tiba kudu bilang tionghoa. kesannya bahasa mandarin pisannnn.. hehehe ;P

@bang al..
tetep pantes kok minang pakai blangkon.. ;P
proses kali yaa. sebagai personal, kita kan punya masa membangun jati diri dan ternyata hasil akhirnya, kita mendapat jawaban bahwa indonesia itu memang indah.. setuju?

@jaff
makasih ya..
saya nih orangnya lempeng. mungkin ada kali, cina yang suka sama saya, cuma saya-nya yang ga ngeh.. hehehe.
belum lagi, ibu saya itu kuno dan galak banget. saya ga boleh pacaran sebelum umur 21 dst-dst banyak syaratnya. wah.. repot deh ngelobi ibu saya. walhasil, saya juga jadi malas mikirin suka-sukaan gitu. kalau ada yang bilang suka, ya biasa aja. alias yang kebayang tuh malah wajah ibu saya… kebayang repotnya deh. hehehe..
ehmm, mungkin ini juga tuh yang bikin saya semakin merdeka.. merdeka dari pikiran disukai atau tidak..
tapi sungguh, saya suka menjadi in-do-ne-sia ;P

@datyo..
makasih. semoga ga bosen bersama saya dan teman-teman lain disini yaa..
kapan-kapan saya berkunjung ke blognya mas datyo deh..

hehehe… ceritanya bagus ^_^
btw , ada gak temen kmu yg tionghoa jg, yg ceritanya asik jg ky kamu.kenalin dooonk 🙂 . tau kenapa klo ngeliat gadis tionghoa adem aja rasany

Hmmm Saya suka sekali baca posting ini… apa adanya… seperti kembali ke masa kecil. Sayangnya “aroma kota besar” tempat kami tinggal sekarang menghapuskan… kemungkinan interaksi seperti itu terjadi lagi…

@ mbak yanti
saya pernah bilang ke mas avianto di salah satu komentar. justru kadang di masyarakat bawah itu ketulusan dan kebersamaan lebih mudah terbangun. mungkin karena adanya rasa senasib sepenanggungan yaa. tapi juga menjadi rentan disusupi, karena kelemahan yang lahir dari banyak ketidakberdayaan.

lah, dalam “keterpelajaran”.. tak jarang kita justru hanya membesarkan ego loh. memilah-milah dan membatasi diri. saya sendiri butuh waktu lagi tuk bisa kembali menjadi diri saya yang dulu, setelah sekian lama agama dan keterpelajaran memisahkan saya dari diri saya sendiri.

saya yang salah. kemarin-kemarin saya memaknai agama sebagai sebuah batasan dan keterpelarajan sebagai sebuah sekat. padahal harusnya agama dan keterpelajaran adalah energi tuk saya mau bersama siapa saja. membangun kebersamaan yang baik, murni, dan tulus. bernorma, bermoral dan bertata krama tinggi. cermin manusia yang beradab.. dan yang membangun peradaban..

hidup memang pembelajaran.
dan “keterpelajaran” saya hari ini, terbangun justru dari banyak kesalahan.. ;P

Pengalamannya bu anis luar biasa ya, begitulah mungkin seharusnya ajaran Islam itu diimplementasikan. Bukan dengan wajah garang, tapi dengan pembauran yang penuh kelembutan dengan semua kalangan.

Orangtua bu Anis rupanya telah mencontohkan kaidah2 implementasi rahmatan lil ‘alamin, yang kemudian menyebabkan hidayah-NYA datang ke bu Anis. So, jangan lupa terus mendoakan mereka..

Salam kenal dari saya.

dear anis,

indah banget masa kecilmu yaa..
jadi inget tulisan pak sarlito wirawan di kompas beberapa tahun lalu. mengajari budi pekerti memang harus dilatih dengan pengalaman dan perbuatan terlebih dulu, baru timbul pemahaman kognitif, lalu akhirnya menjadi sikap.

dengan masa kecil yang indah, maka agama akan mengkonfirmasi keindahan itu, dan tak akan terjadi salah tafsir mengumbar kebencian atas nama Tuhan.

thanks posting spesialnya ya! tar aku bales kalo bisa 😀

btw, dulu waktu smp aku sering naksir temen-temen cewek yg keturunan cina.. tapi kok gak ada yang mau sama aku ya 😦
hehehe..

Tulislah pengalaman sosial dan spiritualmu, itu lebih menyentuh, inspiring dan universal. Berikanlah kekuatan pada orang lain, justru dengan mengakui jujur bahwa Anis bangkit dari kesalahan dan kelemahan.

Aku setuju banget, sudah nggak zamannya lagi mendogma, mendoktrin, menggurui…tapi ini zamannya sharing dan personalized. Tiap orang ingin disapa dan dihargai sebagai manusia yang punya kepribadian, dan unik.

Kalau Ibu Anis mau, kita bisa imelan soal ini. adresku : merdekanews@gmail.com

Terima kasih.
Horas.

orang indonesia, merasa duluan islam dibanding cina. padahal, ketika nabi masih hidup, abad 7, cina sudah islam duluan, sementara, disini lagi bikin prambanan-borobudur.

trus, yg bisa masuk rumah tuhan/surga, adalah yang tunduk patuh/berserah diri kepada pemiliknya. berserah diri ini, bahasa arabnya: islam. Hanya islam yg bisa, itu aturann dari punya rumah (Perjanjian Terakhir/Quran). Apakah yg hanya ktp islam bisa? mestinya tidak, karena blum tunduk-patuh. Meskipun, semuanya hanya kepada Allah yng maha tahu. wassalam

klo umat nasrani baca di al-kitab, solomon/sulaiman istrinya 1000, david/dawud 99, abraham/ibrahim 3, & banyak kisah incest… (baca sendiri al-kitab). islam membatasi 4, asal adil. klo tidak bisa adil nikahilah 1. Pernyataan agama yg tegas di kitab suci 1 ini, hanya di Islam. Tidak di agama lain.

islam terkenal dengan poligami dan kekerasan?sebenarnya ga bener bgt tuh…….islam yang poligami jumlahnya sangat sedikit…islam juga melarang kekerasan..selamat datang ke pelukan hidayah.

@agus
makasih.. 😀

Trimakasih sudah mampir di Blogku, Anis.
Maaf bukannya es-ka-es-de, pede banget langsung manggil nama.
Tapi tadi aku niat bkunjung balasan sekalian kenalan.
Tapi begitu membaca beberapa tulisanmu, kok langsung merasa kenal lama. Begitu ramah, akrab & hangat.
Alhamdulillah nambah teman, nambah panjang tali silaturahmi.

@mbak maya
hehehe, saya justru suka menikmati foto-foto di blog mbak maya..
berbicara banyak tuh.. 😀

salam kenal mba anis..
ini pertama saya mengunjungi blog ini, karena saya tertarik dgn judulnya
bagus ceritanya mba 🙂
menambah semangat menjelang Ramadhan tahun ini 🙂

subhanallah mba telah menemukan hidayah di Islam 🙂

@dhannypermata
makasih mas.. selamat berpuasa yaa.. 🙂

halo kak… gak ada salahnaya kok sebagai org cina suka islam… mama saya juga blasteran cina jawa bali(kakek dari mama cina jawa kalo nenek dari mama cina bali)… tapi papa saya pribumi dan org minang sunda dan sudah cerai lama… tapi mama saya juga org islam dan gak apa2…karena menikah dgn papa…

gak apa2 kok kan dunia semakin sempit.. jgnlah kita memulai pertikaian antar suku… buat apa dong motto bhinekka tunggal ika… ya kan… salam yah dari fred…nickname saya…

1. Pada hakekatnya Manusia Diciptakan sepasang,yakni 1 laki2& 1 perempuan.Adam & Hawa ialah sepasang kekasih pertama didunia untuk saling menyayangi, melengkapi, melindungi, menasehati,dalam suka dan duka dsb.dan TIDAK diperintahkan/diajarkan oleh Sang Maha Kuasa untuk saling berpoligami.Jadi adapun Poligami itu syah2 saja adlah hasil Nafsu belaka,keinginan duniawi yg “dibungkus”,”dikemas” berbagai macam Dalih -dalih buatan Manusia semata.

2. Dalih – dalih Manusia mengenai Poligami 100% bisa Bermanfaat, dan Membawa kebaikan,tetapi 1.000.000.000% membawa Kehancuran.ya, karena hanya buatan-buatan Manusia yang penuh kebobrokan,kekotoran, dan kemunafikan belaka.

Poligami di al-kitab: ibrahim 3, sulaiman 1000, dawud 99. quran mengijinkan sampai 4 asal adil, klo tidak, nikahilah 1. Pologami itu alami, jalan keluar. Jadi, poligami bukan dalih-dalih manusia. Baca quran surat An-nisa. Justru yg dilarang, zina (selingkuh, ons, samen leven, prostitusi).

klo anda muslim, baca qur’an surat An-nisa
klo nasrani baca Al-kitab
silakan, biar tidak ‘sok tahu’, maaf, punten.

Pengalaman yang asyik, masa kecil yang indah. Ini membuat saya bernostalgia juga…

1. Sejak kecil, saya juga suka membaca. Saat SD sudah baca koran, tapi belum bisa berlangganan karena ndak sanggup beli. Hehehehe… (Ini namanya pribumi kere, mbak). Jadi, baca korannya di warung kopi (kalau di Aceh banyak banget). Nah, sering baca koran rebutan sama orang dewasa. Mereka bilang: anaka-anak kok baca koran? Hahahaha..cape’ deh.

2. Waktu SMP (tahun 1980an) saya cuka nonton film kung fu, di warung kopi juga. Waktu itu secara rutin diputar video, berhenti pas maghrib saja, sampai tengah malam. Nah, dalam banyangan saya, gadis-gadis Cina itu cantik-cantik, mulus, dan jago kung fu pula. Terus, di TVRI ada flm Jepang: OSHIN. Cantik, lembut, dan sangat patuh pada suami.
Nah, sejak itu saya bercita-cita punay istri orang Cina. Ternyata jodoh saya orang Jawa. Hahahahaha… Tapi lumayan, matanya agak sipit juga, meski Jawa tulen.

3. Saya punya darah Batak karena kakek dari ayah saya asli bermarga Siahaan, dari Tapanuli Utara, tapi kemudian menjadi mualaf dan menikah denga orang Alas (salah satu suku di Aceh). Sehari-hari saya berbahasa Alas karena semua keluarga menggunakan bahasa itu. Namun, karena tinggal di lingkungan suku Gayo, di luar rumah pakai bahasa Gayo (salah satu suku di Aceh juga). (Catatan: Suku Alas dan Gayo adalah suku asli di Kabupaten Aceh Tenggara). Uniknya, di Aceh sendiri, suku Gayo dan Alas bukan diakui sebagai orang Aceh, karena orang Aceh berbahasa Aceh. Kesimpulan: Saya orang Aceh, berbahasa Alas dan Gayo, berdarah Batak! Bingung? Sama dah…

Inilah hidup. Kita tinggal menjalani. Bukankah dari sisi religi tidak ada faktor suku yang menentukan masuk ke surga atau neraka? Jadi, semestinya ndak ada beda antara Cina, Batak, Jawa, Minang, Aceh, Papua…

@fred
makasih ya fred..
setuju banget, hidup bhinneka tunggal ika!

@sinta_refly
saya lebih suka melihat poligami sebagai pengalaman personal, tidak mengeneral. sehingga dari pengalaman personal ttg poligami itu memberi kita perspektif ttg poligami, baik dalam warna lazim ttgnya maupun warna lain sekalipun. yang kemudian dengannya, semoga bisa membuat kita mengukur diri lebih teliti jika terbersit niat tuk berpoligami.

selebihnya, mari kita bertanggungjawab sepenuhnya tuk setiap pilihan hidup kita.. 😀

@Syukriy
wah, seru nih silsilahnya mas syukriy.
e, meski cina, saya ga bisa bahasa cina loh.. apalagi kungfu. hahaha… 😀 tapi saya dari lampung loh mas, jadi saya tetap cinta sumatera nih. ciee..

oya, sebelum lebaran saya dan suami berpamitan dengan tetangga yang juga keturunan cina. ternyata, saya dan mereka relatif tidak bisa berbahasa mandarin. komentar suaminya -yang kami tuakan- itu disebabkan oleh kebijakan seoharto yang pernah melarang segala berbau cina di indonesia. walhasil, ada beberapa generasi dari keturunan cina yang sudah tidak lagi membiasakan bahasa mandarin pada anak-anaknya di indonesia. selain memang secara pergaulan, ya lebih mengutamakan bahasa indonesia sendiri.

jujur, ortu saya memang ga membiasakan berbahasa mandarin di keluarga. walhasil saya lebih menjiwai bahasa indonesia deh. 😀

jangan sampai punah yaa kebiasaan “berbahasa ibu”/bahasa daerah di anak-anak mas syukriy, selama masih mampu memberitahukan ttg bahasa daerah itu. saya suka godain suami -dalam rangka membujuk sih-, tuk berbahasa jawa ke anak-anak. bahasa jawa suami saya itu khas pemalang. sepintas seperti logat malaysia, bukan jawa yang biasanya. 🙂
padahal saya sudah ngaku rela loh diomongin pake bahasa jawanya -yang saya ga ngerti, asal jangan punah tuh bahasa daerah khasnya. e, tapi suami saya ga mau tuh. ga tahu kenapa.. hehehe 😀

hidup indonesia deh!

Memang indonesia merupakan negara damai dan indah dari segala segi. Dan islam merupakan agama yang hakikih ,benar dan sejuk dan membawa damai . Islam merupakan agama yang benar dan indah , apabila dalam kehidupan kita sehari-hari menemui ada islam dikenal dengan kekerasan ,poligami dsb , hal itu merupakan kesalahan dari yang menjalaninya dan merupakan tugas dari kita sebagai pemeluk agama yang benar untuk menjelaskan bahwa tidak semua orang islam begitu.

Ya saya punya contoh kecil begini. Sering kali kita dengar bahwa ‘ di penjara tukanng …., dll banyak orang islam ” hal itu merupakan sudut pandang kita yang merupakan masyarakat mayoritas . Tapi perlu kita lihat juga di negara amerika, cina , jepang dll apa di penjara atau pun hal – hal negatif tidak ada/banyak dari orang islam. Karena itu marilah kita menjalankan agama kita yang suci sesuai Al Quran , hadist yang ada dan saling mengingatkan sesama mulim di Indonesia yang indah.

@Amat / Tju Kang Sing
salam kenal… manggilnya apa nih? koko?
mari bersama… 😀

halo saya nama saya dedi mbak anis. sekarang saya berusia 25 tahun..sedikit tentang saya.saya orang bali asli tapi kebetulan saya beragama islam.saya suka dengan cerita anda.saya sangat…. sangat tertarik dengan tionghoa.terutama gadis tionghoa. entah kenapa saya sangat mengagumi gadis tionghoa.dan bersyukur pernah punya pacar gadis tionghoa 3 x.tapi semua berbeda agama dan akhirnya pisah karena alasan beda agama dan ras. saya berharap suatu saat saya bisa menemukan gadis tionghoa yang beragama muslim. karena keinginan saya pengen menikah dengan gadis tionghoa karena menurut saya ras dan budaya yang berbeda sangat menyenangkan, dan sangat indah bila bisa menyatu dalam perbedaan.mbak anis dimanapun berada mudah2an bisa membantu memberi komentar diemail saya blueengine@rocketmail.com.terima kasih banyak..

saya juga mengalami na mas, pasangan saya masih belum mendapatkan hidayah dari Allah

hemmm…
menarik menarik.
saya membayangkan bisa mendengar langsung cerita ini dari anis. siip!

Berarti anda mendapat Hidayah dari Allah swt.

islam tak mengenal ras mba/mas…..ia bahkan lintas makhluk…..islam rahmat bagi alam semesta….

hu hu.. salam kenal mba.

jadi tambah cinta banget dengan indonesia. ^^v

alhamdulillah udah memeluk hidayah. 🙂

terima kasih sudah suka islam, aq terkesan dengan cerita ini, inilah yang namanya hidayah

saya terkesan lagi baca ini 🙂 aduh bisa jadi sering mampir2 ke sini mbk

nice story…

makasih mas Andi 🙂

jangan pernah ragu dengan kryakinanmu….
ak juga cina muslim.
🙂

i love this story,thanks for sharing, i’m indonesian and i love chinese 🙂 … i hope u can feel the happiness being a moslem ..good luck

salam kenal,
membacanya,sy menitihkan air mata….
tetap istiqomah ya bu anis..

Alhamdulillah ini namanya hidayah dari Allah SWT neng Anis. Kalau kamu manfaat hidayah, dia sangat muahal, karena tidak bisa dibeli dengan dunia seiisinya dan surga seisinya. Semoga Allah jg memberi hidayah jalan agama yang benar pada seluruh keluargamu, amin
Kenalkan aku Joni muslim sejak kecil. Aku senang membaca ceritamu seakan membaca “laskar Pelangi”. Trims

sy pernah denger, ketika nabi masih hidup, cina sudah islam (bagian barat). sekitar abad 7. sementara disini lagi bikin patung: borobudur prambanan. Juga laksamana cengho, muslim, para wali. tapi gak tahu, seolah-olah aneh klo cina muslim, padahal duluan…..& cina dikenal sbg penghasil sutra oleh pedagang-pedagang arab, jadi arab udah kenal cina dibanding indonesia, indonesia blum ada. mungkin sriwijaya (bukan airlines)…

ibu irene handono, klo gak salah mengajak wisata religi penyebaran islam awal-awal di cina

Cuma sampe itu ceritanya?

saya kagum sekali dengan kehidupan anda yg begitu beraneka ragam ke bhinneka an na… saya juga berhubungan dekat dengan seorang tionghoa palembang bangka, bila berkenan saya ingin berteman juga dengan anda invite pin saya 297775cc, namun bila tdk berkenan tidak apa-apa, trims

Ya tentu saja, siapapun boleh saja masuk agama-agama yang ada didunia, atheis juga boleh, kata siapa gak boleh apa ada larangan Allah Swt harus milih-milih agama tertentu, toh nanti orang itu sendiri yang berhadapan dengan Tuhan nya. Karena tiap-tiap insan udah pada punya kamar-kamarnya sendiri, level-level keberhasilan sendiri, tinggal nyari. Dapatkan, Siiep deh. Insya Allah.

Lampungnya dimana ya mbak? di bandar Lampung kah?

Mari kita membangun (kembali) model kebersamaan antar anak bangsa tanpa ada dikotomi. Tidak ada pribumi atau non pribumi. Terminologi itu sengaja diciptakan penjajah sebagai upaya melemahkan semangat persatuan kita, dan sampai hari ini pun masih tetap diwarisi. Saya punya banyak teman yang bersuku Batak, Madura, Sasak, Bali dan lainnya. Kami bs saling terbahak manakala salah satu diantara kami menertawakan salah satu keunikan dari adat/suku teman kami yang lain. Yang Madura katanya tukang besi tua, yang Batak d sebut sbg sopir angkot dan sebagainya. Semua lebur dalam tertawaan yang tidak merendahkan dan menghinakan. Itulah Indonesia Kita. Semoga ke depan kita sebagai anak bangsa akan semakin padu dan selaras dalam membangun kebersamaan

Menarik n inspiratif bgt.
Bener gak kata2 saya?
Hehehe…


Where's The Comment Form?

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...