kutipan : Stop Press – Keadaan Terakhir Mahasiswa SETIA

Posted on Oktober 8, 2008. Filed under: islam indie |

begitu membacanya saya merasa miris. maka saya tertarik mengutipnya di sini, demi karena saya merasa tak mampu melakukan apa-apa tuk hal tersebut. maka saya ingin kita semua di blog ini, bisa sama-sama merenungi dan kemudian bersikap lebih baik dalam kehidupan bersama kita yang penuh kebhinnekaan secara nyata.

di lain blog, saya sempat membaca cerita tentang bagaimana saudara saya yang muslim, yang hanya karena berjenggot dan kebetulan transit, mendapat penyikapan yang sangat anti pati dan sangat tidak simpatik oleh saudara-saudara saya di pulau dewata, yang mana mereka trauma akibat kasus bom bali waktu lalu.

negeri ini bernama Indonesia..

sebuah negeri dengan komitmen kebersamaan yang tinggi oleh para leluhurnya dan para pendiri negerinya. haruskah terbelah dan pecah? hanya karena ego dari pemahaman sepihak tentang sebuah keyakinan bernama : agama?
maka rusaklah agama itu jika hanya ditunggangi oleh ego dan kepentingan sepihak. nyata dan bukan mengada-ngada.

dan sebagai indonesia, haruskah kita turut memperkeruh suasana ini? atau bagaimana jika kita sama-sama mulai kembali bergandengan tangan? saling menggenggam dan jangan lagi terlepaskan? kembali mengutuh penuh sebagai indonesia?

saya tidak sedang ingin mempermasalahkan artikel ini benar atau salah, pantas atau tidak pantas, baik atau tidak baik. saya sedang ingin mengajak semua tuk lebih waspada dan tetap ikhlas tuk hidup bersama-sama di indonesia tercinta, apapun dan bagaimanapun kenyataan indonesia kita. cita-cita tuk membangun indonesia, tidak harus menghancurkan fondasi dasar bangunan yang bernama indonesia itu sendiri.

ibu saya pernah berkata : hidup jangan seperti pasir. yang burai meski di pegang. jadilah bak tanah liat, yang sejatinya saling mengikat dan membentuk sebuah karya yang luasbiasa. bagaimana?

selamat menikmati,
semoga tetap menginspirasi..

***

Stop Press – Keadaan Terakhir Mahasiswa SETIA
http://jephman.wordpress.com

Berbahagialah anda jika pada malam hari anda masih bisa tidur nyenyak tanpa gangguan basah karena hujan atau sengatan nyamuk hutan yang ganas. Berbahagialah anda jika masih bisa menjalankan ibadah pada siang hari. Berbahagialah anda jika masih bisa buang air besar ataupun kecil dengan tidak antri bak ular Karena semua ini sedang di alami oleh 500 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia di pengungsian mereka di Bumi Perkemahan Cibubur, 400 orang di Wisma Transito Jakarta TImur dan kurang lebih 450 orang di Bekas Kantor Walikota Jakarta Barat. Parahnya penderitaan ini sudah mereka alami selama 2,5 bulan lamanya.

Direktur STT SETIA Pd Dr Matheus Mengentang MTh kepada wartawan di Jakarta (6/10) mengatakan pihaknya sangat-sangat memprihatinkan keadaan anak didik mereka. “Bayangkan di Bumi Perkemahan ini kami tidur di atas tanah dan dibawah tenda sudah dua setengah bulan. Ini menyebabkan kurang lebih lima orang mahasiswi kami harus dilarikan ke rumah sakit karena sakit paru-paru. Sementara di Bekas Kantor Walikota Jakarta Barat ada tiga orang mahasiswa kami yang harus dilarikan ke rumah sakit untuk sedot kotoran di dalam usus mereka karena menahan buang air selama berhari-hari. Mengapa? Karena ketika mereka ingin buang air mereka harus antri sebanyak kurang lebih 50 orang sebab fasilitas MCK disana sangat minim. Di Wisma Transito kami juga sangat tertekan karena mahasiswa kami dilarang beribadah pada siang hari karena disana ada mesjid. Padahal kita tahu bersama negara ini menjamin kemerdekaan setiap warga negara untuk beribadah menurut agamanya masing-masing.

Curahan hati Mangentang sangat beralasan karena setelah kasus pengusiran paksa Mahasiswa STT Setia dari kampus sah mereka di Kampung Pulo Kec Makasar Jakarta Timur sekarang ini praktis tidak ada lembaga atau organisasi termasuk pemerintah yang bersedia turun tangan membantu mereka. “ Sejak tanggal 21 September yang lalu Pemda DKI melalui Bapak Bambang dari Kesbang sudah menyatakan bahwa Pemda DKI angkat tangan dalam pembiayaan di Bumi Perkemahan Cibubur. Dia menyuruh kami untuk segera relokasi dan pindah ke bekas Kantor Walikota Jakarta Barat. Padahal disana sudah ada kurang lebih 450 orang mahasiswa yang sangat memrihatinkan hidupnya karena persolan air bersih, MCK dan berbagai fasilitas lainnya. Nah jika kemudian ditambah lagi dengan 500 orang Mahasiswa dari Bumi Perkemahan Cibubur ini mau jadi apa kami disana. Sebetulnya kami hanya mengharapkan agar Pemda atau aparat memfasilitasi kami dan menjaga keamanan kami untuk kembali ke kampus. Karena kampus itu adalah sah milik kami. Kami memiliki dokumen yang resmi. Sejak 21 tahun lalu kami sudah tinggal disana. Mengapa kami harus terusir hanya karena kami ini Kristen?,” tegas Mangentang.

Mengentang kemudian membeberkan bahwa sebelum mereka di usir dari kampus mereka terlebih dulu di kata-katai dengan teriakan yang sangat menyesakkan. “Lewat pengeras suara dari Mesjid dekat kampus yang kami bantu pembangunannya dengan memberikan ratusan sak semen, puluhan truk pasir, besi dan batu orang-orang itu mengusir kami dan mengatakan beragam kalimat yang tak pantas. Lalu ketika kami diusir paksa dengan kawalan polisi ada tujuh belas mahasiswa kami yang jadi korban mereka antara lain di siram dengan air panas, terkena lemparan batu, dibacok dengan clurit, ditikam dengan samurai, disiram dengan air keras di kepala, wajah dan leher, serta lebam-lebam karena dipukuli dan ditendang berkali-kali. Ini pelanggaran kemanusiaan yang sangat berat. Dan sangat kami sesalkan ini terjadi di Jakarta ibukota Republik Indonesia yang katanya negeri cinta damai dan yang mengalami kami orang Kristen, Mahasiswa Theologia SETIA yang berasal dari daerah yang mayoritas Kristen yakni dari Nias, Kalbar, Alor, Sumba , Mamasa, Atambua dan Manado ,” kisah Mangentang sambil berurai air mata.

Beberapa isu yang beredar menyatakan sebelumnya pihak Yayasan Setia telah menerima dana milyaran untuk relokasi STT Setia namun ini dibantah Mangentang. “TIdak benar isu itu. Kami pihak rektorat maupun Yayasan yang sudah kami klarifikasi kebenarannya tidak pernah menerima uang itu. Isu itu sangat menyesatkan. Kami sudah cek kepada Almaharhum Ketua Yayasan sebelum beliau meninggal maupun pimpinan yayasan lainnya semua tidak pernah menerima uang,” tangkisnya.

Mangentang kemudian berharap agar semua pihak mendukung mereka kembali ke kampus mereka semula di Kampung Pulo Makasar Jakarta Timur. “Semua karena alasan kemanusiaan semata. Saya selaku Direktur tidak tega melihat penderitaan mahasiswa kami lebih lama lagi. Cukup sudah. Karena Pemerintah dalam hal ini Gubernur dan Wakil Gubernur bahkan Presiden sendiri telah memberikan pernyataan bahwa seusai lebaran kami boleh kembali lagi ke kampus kami. Nah sekarang sudah selesai lebaran jadi kami menagih janji itu,” katanya. (Hendra)

Kronologi Peristiwa Penyerangan Terhadap Mahasiswa dan Kampus Sekolah TInggi Theologia Injili Arastamar (SETIA) Di Jakarta 25-27 Juli 2008
Mesjid Dijadikan Arena Provokasi
Waktu dan tanggal kejadian : JUMAT 25 Juli 2008

Pada hari Jumat 25 Juli 2208 jam 21.00 seorang mahasiswa Setia, Junius Koly berasal dari Alor NTT keluar dari Kampus Setia menuju ke Asrama Putra yang terletak di RT 04/RW 04 Kampung Pulo Pinang Ranti Makasar Jaktim. Ia berjalan kaki melintasi Gang Melinjo yang memisahkan Kampus Setia dan Asrama Putra. DI tengah jalan ia melihat seekor tikus melintas secara spontan ia mengambil sandal yang dipakainya dan melempar tikus itu. Sandal itu masuk secara tidak sengaja ke halaman rumah seorang warga yang ada di gang itu. Saat Junius akan mengambilnya tiba-tiba ia diteriaki maling. Sehingga dalam waktu singkat warga berkumpul dan menganiaya Junius. Akhirnya Junius diserahkan ke pihak kepolisian.

Pada hari Sabtu 26 Juli 2008 setelah diperiksa Junius tidak terbukti bersalah sehingga dikembalikan ke pihak STT SETIA. Jam 10 malam massa melempari asrama putra STT Setia lalu dari mesjid terdengar ajakan berjihad melawan Setia.

Hari Minggu 27 Juni 2008 Pukul 01.00 massa merusak dan menyerang asrama putri sambil berteriak Allahu Akbar, Allahu AKbar bahkan mereka mencoba membakar asrama tersebut. Penyerangan ini menyebabkan mahasiwi SETIA sangat ketakutan dan trauma mereka berteriak-teriak dan berlarian kesana kemari.

Selanjutnya pada Pukul 03.00 massa bergerak ke Kampus Utama SETIA dengan membawa beragam senjata tajam dan batu sambil berteriak-teriak bahwa mereka akan berjihad melawan Setia. Tapi saat itu pihak mahasiswa tidak melakukan perlawanan apapun. Mereka bahkan mendoakan agar massa itu sadar akan kejahatan yang sedang mereka lakukan terhadap sesama dan agar mereka diberkati oelh Tuhan. Hingga pagi hari ribuan massa telah datang dan memblokir semua akses ke Kampus SETIA. Hal ini menyebabkan mahasiswa tersandera dan kelaparan. Pagi hari pihak kepolisian tampak bisa meredakan suasana dan mengendalikan massa .

Namun Pukul 21.30 dari arah mesjid terdengar lagi provokasi agar massa bersiap untuk berjihad. Sementara pihak polisi yang sudah tiba dilokasi sejak pagi itu tidak dapat berbuat apa-apa malahan menyuruh mahasiswa untuk waspada dan menghindari serangan.

Senin 28 Juli 2008 Pasukan Brimob dari Polda Metro Jaya bukannya menangkap para pelaku penyerangan dan provokator malahan memaksa Mahasiswi Setia untuk dievakuasi. Saat evakuasi terjadi mahasiswi dihujani dengan batu-batu besar sehingga membuat badan dan kepala mereka berdarah-darah sementara aparat polisi tidak menghardik penyerang atau mengusir mereka. Hal sama juga dialami para mahasiswa ketika mereka dievakuasi dari tempat kejadian itu. Mereka ditombak dengan bambu runcing, dipukuli, dibacok dan diclurit serta di siram dengan air keras. Hingga saat ini ada seorang mahasiswa Setia yang masih berada di rumah sakit dalam kondisi kritis karena kepalanya terkena siraman air keras.

Pada hari minggu itulah hingga dini hari pihak STT Setia terpaksa meninggalkan kampus mereka yang sudah didiami selama 21 tahun lamanya. Mereka terusir dari tanah dan bangunan yang sah yang mereka miliki. Mereka diejek, dihina, ditendang, dibacok hanya karena mereka Kristen. Mereka tidak lagi dianggap sebagai warga negara yang sah yang sama hak dan kedudukannya dimata hukum dan pemerintahan. (Seperti yang dituturkan Pdt Matheus Mangentang dan Pdt Edison Djama kepada Hendra Kasenda)

17 Korban STT Setia
(Mereka memilih mengalah dan membalas aniaya yang mereka alami dengan doa dan kepasrahan karena mereka adalah para Hamba Tuhan, Calon Pendeta dan Calon pendidik. Sebetulnya kalau mau mereka bisa saja mereka membalas tapi mereka memilih meniru apa yang Yesus katakan, “Jika ada yang menampar pipi kirimu berikanlah pipi kananmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”)
1. Ardian asal Sumba terkena siraman air keras di pundak kanan
2. Marthen Lalo asal Sumba terkena lemparan batu di pelipis kanan dan dipukuli di kepala bagian belakang
3. Gabriel Besi asal Atambua dibacok dengan clurit di bagian kepala dan kedua tangan
4. Jupiter asal Atambua ditikam dengan samurai di pundak dan ditikam dengan bambu runcing di perut
5. Lukas Asal Manado disiram dengan air keras di kepala, wajah dan leher
6. Yunus asal Alor disiram dengan air keras di leher, bahu dan terkena lemparan batu
7. Ramaeli asal Nias luka di wajah dan kepala akibat lemparan batu
8. Disiplin asal Nias luka bakar di bahu karena terkena siraman air keras
9. Demaus asal Luwu Sulawesi luka kepala akibat lemparan batu
10. Henok asal Sumatra Utara Luka tusukan di leher akibat bambu runcing
11. Kristian asal Mamasa seluruh badan terkena siraman air keras
12. Alfred asal Kalbar luka-luka akibat lemparan batu
13. Gabriel Umbi asal NTT luka memar pada paha kiri akibat tendangan berkali-kali
14. Oktavianus Asal Maluku luka di punggung akibat ditendang berkali-kali
15. Yohanes asal Sumba luka di kepala akibat pukulan benda keras
16. Daniel asal Sumba luka akibat pukulan kayu dan pecah bibir
17. Salmon asal Sulut luka di pelipis

Pesan saya :
Apabila anda yang membaca ini kebetulan seorang muslim, saya tidak mengharapkan komentar-komentar berbau advokasi apalagi provokasi.

Hanya pandai bicara tanpa berbuat, itu hanya kemunafikan yang tak akan menyelesaikan masalah.

Make a Comment

Tinggalkan Balasan ke Datyo Batalkan balasan

18 Tanggapan to “kutipan : Stop Press – Keadaan Terakhir Mahasiswa SETIA”

RSS Feed for “Islam Indie” Comments RSS Feed

“saya sempat membaca cerita tentang bagaimana saudara saya yang muslim, yang hanya karena berjenggot dan kebetulan transit, mendapat penyikapan yang sangat anti pati dan sangat tidak simpatik oleh saudara-saudara saya di pulau dewata”

hmmm…kenapa ya?

“yang mana mereka trauma akibat kasus bom bali waktu lalu”

ooooo…itu sebabnya ya yaya

“1. Ardian asal Sumba terkena siraman air keras di pundak kanan
2. Marthen Lalo asal Sumba terkena lemparan batu di pelipis kanan dan dipukuli di kepala bagian belakang
3. Gabriel Besi asal Atambua dibacok dengan clurit di bagian kepala dan kedua tangan
4. Jupiter asal Atambua ditikam dengan samurai di pundak dan ditikam dengan bambu runcing di perut
5. Lukas Asal Manado disiram dengan air keras di kepala, wajah dan leher
6. Yunus asal Alor disiram dengan air keras di leher, bahu dan terkena lemparan batu
7. Ramaeli asal Nias luka di wajah dan kepala akibat lemparan batu
8. Disiplin asal Nias luka bakar di bahu karena terkena siraman air keras
9. Demaus asal Luwu Sulawesi luka kepala akibat lemparan batu
10. Henok asal Sumatra Utara Luka tusukan di leher akibat bambu runcing
11. Kristian asal Mamasa seluruh badan terkena siraman air keras
12. Alfred asal Kalbar luka-luka akibat lemparan batu
13. Gabriel Umbi asal NTT luka memar pada paha kiri akibat tendangan berkali-kali
14. Oktavianus Asal Maluku luka di punggung akibat ditendang berkali-kali
15. Yohanes asal Sumba luka di kepala akibat pukulan benda keras
16. Daniel asal Sumba luka akibat pukulan kayu dan pecah bibir
17. Salmon asal Sulut luka di pelipis”

Walahh.BUSSSEEET..ck..ck KENAPA YA?

“Pada hari Jumat 25 Juli 2208 jam 21.00 seorang mahasiswa Setia, Junius Koly berasal dari Alor NTT keluar dari Kampus Setia menuju ke Asrama Putra yang terletak di RT 04/RW 04 Kampung Pulo Pinang Ranti Makasar Jaktim. Ia berjalan kaki melintasi Gang Melinjo yang memisahkan Kampus Setia dan Asrama Putra. DI tengah jalan ia melihat seekor tikus melintas secara spontan ia mengambil sandal yang dipakainya dan melempar tikus itu. Sandal itu masuk secara tidak sengaja ke halaman rumah seorang warga yang ada di gang itu. Saat Junius akan mengambilnya tiba-tiba ia diteriaki maling. Sehingga dalam waktu singkat warga berkumpul dan menganiaya Junius. Akhirnya Junius diserahkan ke pihak kepolisian.”

Masa sih itu sebabnya?

“sebuah negeri dengan komitmen kebersamaan yang tinggi oleh para leluhurnya dan para pendiri negerinya. haruskah terbelah dan pecah? hanya karena ego dari pemahaman sepihak tentang sebuah keyakinan bernama : agama?
maka rusaklah agama itu jika hanya ditunggangi oleh ego dan kepentingan sepihak. nyata dan bukan mengada-ngada.”
.
.
.
.
Jadi sumber EGOnya siapa yg bikin itu ya?

Salam!

Buk saya membaca salah satu komentar
di blognya bung Jephman,
yang isinya sangat profokativ, terus terang say juga gak nyaman dengan komentar tsb karena kalo diseriusi
efeknya membahayakan.
Komntar tsb sbb berikut :

Sakit hati ini makin bertambah setelah membaca tulisan ini… sangat sakit hati pada mereka yang merasa negeri ini negeri muslim, muak jadinya bila mendengar kerukunan beragama. sakit hati dan benci bila melihat orang2 pake topi kupluk dan sarung seenakny aja naik motor tanpa liat rambu2 lalu lintapi lebih sakit hati kepada pemimpin dan pejabat negara ini klo diwawancari selalu berbicara keadilan, tapi pada dasarnya mereka juga sama jahatnya denngan mereka yang membakar Gereja.

Kami kristen diajarkan kasih. tapi bukan berarti kami harus diam dan memaafkan… ada saatnya kam harus angkat senjata. ingat pertarungan Daud melawan Goliath…

Merdeka….
by Batuhapur

Datyo said :

@ batuhapur
Saya pribadi sangat tidak setuju dengan tindakan tindakan terhadap saudara kristen saya. kehidupan beragama menjadi hak tiap warga negara yang mengaku Indonesia.
Tetapi penyelesaiannya bukan dengan angkat senjata.
Begitu senjata diangkat maka indonesia akan menjadi lautan api. Perang saudara gila gilaan tidak terhindarkan.
Islampun mengajarkan kasih, setiap muslim selalu membaca Bismillahirrohmaniirrohiim yang artinya Dengan nama allah Yang Maha PENGASIH dan MAHA Penyayang…
masih banyak muslim yang belum memahami kalimat indah tersebut.

Sekali lagi jangan sampai mengangkat senjata….
Kalau itu terjadi maka saya akan menjadi garda depan membela agama saya dan berhadapan dengan anda..

Mohon kita bersama berdiskusi dengan kepala dingin…
mari kita cari jalan keluar bersama…
Saya sangat prihatin dan dengan hati yang tulus ingin membantu meringankan…

Mohon maaf kalau kata kata saya terlalu keras…

komentar provokatif dari muslim boleh aja
gak diharapkan di sini, tapi komentar advokatif
dari mereka mestinya no problem. kalo si
kristen boleh membela diri dan menjelaskan
persoalan dari perspektifnya, knp si muslim
gak boleh? gak usah pake double standard kali.
pertanyaan saya sederhana:
emangnya warga kampung pulo (selain mhs SETIA)
gak ada yg kristen? kalo ada (1 orang aja
cukup) dan dia gak diapa2kan berarti
masalahnya bukan masalah agama
(di tulisan terkutip ada statement bhw mhs
SETIA dianiaya “hanya krn mereka kristen”).
untuk berselisih orang gak perlu beda agama,
dan ketika agama dibawa2 dalam perselisihan yg
sebenernya gak ada hubungannya sama
agama, yg membawa2 itu mestinya ditempeleng
spy kapok (bukan spy menyerahkan pipi satunya
lagi utk ditabok, hehehe)

@jephman
kalau bang jephman merasa menang dengan pernyataan obyektif saya diatas, maka pertanyaan saya : apa yang bisa bang jephman lakukan setelah semua itu?

saya sih hanya bisa semakin mengasihi bang..
mengasihi indonesia saya tercinta.. 🙂

@mas datyo
temani saya terus tuk bersikap sebaik-baiknya sebagai indonesia ya mas.. demi indonesia dan untuk indonesia. karena untuk apalagi sih semua ini? tuhan toh tidak meminta kita lebih dari yang kita mampu. ya ga mas??

makasih tuk tidak turut terprovokasi ya mas.
atau kita lakukan hobi bapak mas datyo yukk..
itung-itung menyalurkan andrenalin pada tempat yang baik. hehehe 😀

@ifan
saya sudah jawab di tulisan terakhir tentang antara Kasih dan Supremasi.
semoga bisa dimengerti..
salam hangat.. 🙂

Itulah kalo beragama dengan mengikuti naluri saja, tanpa kebijaksanaan di dalamnya.

komentar saya yg di blognya jepman dibanned padahal saya cuma komentar “hiperbola” gitu saja….

oh ya buat mualafmenggugat banyak2 baca buku saja dan belajar islam yg bener biar nggak jadi mualaf terus

@narakushutdown
yaa.. panteslah di banned mas.. hiperbola sih.

soal buku, referensi saya cenderung sufi..
itu islam juga kan??
dan saya sudah jadi islam indie kok, ga mualaf mulu. hehehe 🙂

salam hangat 🙂

@ ifan
Saya meminta supaya yang cuma pintar ngomong beradvokasi, gak usah menuh-menuhin komentar

capek bos! bosen, cuma bicara-dan bicara NATO no action talk only
Maaf tapi cuma habisin bandwidth doang.

Dilingkungan itu jelas ada warga Kristen, DAN MEREKA JUGA TERANIAYA.

Bayangkan saja misalnya ada IAIN di Manado ditimpuki, mahasiswanya digebuki, apa muslim disekitarnya gak merasa teraniaya?

Muslim di Palestina ditembak disini ribut setengah modar…
padahal TKW diperkosa dibunuh Arab muslim pada diam saja tuh…yang ini bukan double standar dong

dan seperti pernyataan anda : (bukan spy menyerahkan pipi satunya
lagi utk ditabok, hehehe)

hehehe juga bos!

@ Islam indie
“kalau bang jephman merasa menang dengan pernyataan obyektif saya diatas, maka pertanyaan saya : apa yang bisa bang jephman lakukan setelah semua itu?”

Siapa pula yang merasa menang ?

Itu untuk anda yg selalu mengeneralisir masalah.
Kalau muslim bikin rusuh, yang dicari-cari: “ah agama lain juga gitu”
padahal bukti didepan hidung
siapa yang tidak mau ada gereja/komunitas lain didekatnya

pernah dengar ada masjid/IAIN/sekolah muslim ditutup di daerah yg mayoritas kristen?

@ narakushutdown
bagi anda itu hiperbola
bagi kami itu bagai melihat rakyat Palestina ditindas, tapi TKW diperkosa dan dibunuh muslim arab diam saja

jadi daripada hiperbola dengan rakyat Palestina, ya mending di hapus komentarnya

@jephman
saya pikir bang, tidak ada jaminan meski jika kristen yang leading indonesia, maka indonesia akan bebas dari persoalan diskriminasi.
maaf, dimana-mana relatif sama bang.. kekuasaan sering membutakan nurani, kecuali mereka yang terlatih, memiliki cita-cita yang kuat dan yang ga setengah-setengah dalam bersikap tuk negerinya.

sebenarnya saya ingin bercerita masalah ekonomi. tapi masih ada kesibukan nih..

bang jephman harus mau turut memperhatikan soal ekonomi ini. kita tahu, perdagangan turut membawa ideologi. apalagi indonesia ini ga pernah berani menjadi dirinya sendiri, ideologinya malah ditinggalkan dan menjadi penyembah pasar. saya mengkhawatirkan kondisi indonesia dalam perkembangan dari kondisi ekonomi global saat ini. kita tahu, banyak investor dari arab yang masuk ke indonesia. sebetulnya tidak ada yang salah bagi siapapun yang mau berbisnis di indonesia, selama indonesia punya sikap tegas dan bukan menjadi penyembah kekuatan pemodal.

semua yang merasa indonesia harus mau menjadi dirinya sendiri.. siapapun dia.

saya sesalkan sekali pemerintahan indonesia saat ini yang sangat lembek. jujur.. kondisi yang ada saat ini -termasuk apa yang menimpa saudara-saudara minoritas, ga cuma dalam hal agama- adalah akibat kegagalan pemerintah indonesia dalam bersikap dan ngurus negara ini.

nah, saya khawatir kondisi ini juga diingini banyak pihak. kita ga bisa melihat sebelah mata bang. saya kira, ini ga sesederhana yang ada di depan mata. walau tetap harus dicermati dan dijawab yang ada di depan mata ini.

mari yuk, kita sama-sama waspadai perkembangan ini.. gimana?

saya bersyukur amerika mengandalkan cina tuk turut menstabilkan kondisi ekonomi global ini, walau tentu ga gratisan. hidup selalu menyediakan penyeimbangannya dari masa ke masa. gitu ga sih?

salam hangat 🙂

Diskusi di blog ini sangat menarik.
Adu argumen dan pembelaan atas keyakinan masing-masing adalah hal wajar. Setiap manusia memnang begitu: memiliki self-interest dan naluri untuk defensif.
Saya sependapat dengan mbak “Islam Indie”: pada intinya, mari kita perbaiki diri kita sendiri dulu, baru kemudian menilai diri sendiri apakah sudah cukup baik atau belum. Artinya, kita tidak bisa menjudge orang lain, misalnya dengan menyatakan mualaf itu, ma’af, kurang baik dibandingkan dari yang Islam turunan.

Radikalisme atau fundamentalisme pasti ada di setiap agama. Cuma, para kapitalis dan orientalis Barat yang menguasai dunia informasi mengalamatkannya khusus ke penganut agama Islam saja.

@mas syukriy
saya ga suka mencari kambing hitam mas.
kita lihat kenyataan saja lah. ga ada asap kalau ga ada api. islam memang memiliki “dua wajah” sejak ditinggalkan Rasulullah.

ke sini-sininya, bisa jadi ini memang efek domino dari dominasi barat selama ini. tapi persoalannya kan bagaimana kita jika mulai merubah pencitraan itu, kalau memang kita ga begitu. itu yang terpenting deh.

dan yang saya pahami, islam di indonesia pernah menjadi ‘antithesa’ tuk pencitraan negatif ttg islam itu. islam di indonesia terkenal santun dan toleran. islam di indonesia suka menjadi studi dari banyak pihak, karena unik. yang saya heran, kenapa saat ini wajah islam di indonesia malah jadi keras seperti di timur tengah??

aneh kan??
saya mengkhawatirkan kenyataan ini. dimata saya, kenyataan ini bukan ‘inner’nya bangsa indonesia, bukan aslinya wajah islam indonesia. ini kumulasi dari banyak kekecewaan dan begitu banyak pesan sponsor. 🙂

@Islam Inde
Setuju, mbak.

satu lagi omong kosong yang terjadi di kampung besar bernama Indonesia. What a waste of time.

Bung jephman apa solusi nya memang?
kalo memang menulis dan tanpa berbuat itu sia sia, apa yang bung jephman lakukan juga sama halnya, memantik emosi orang orang yang tidak bisa menahan emosi.

Begitu juga yang membalas tulisan bung jephman.

Sapa yang salah? ini kan jadi kayak ayam ama telur? Smua orang bersalah
dan sudah saatnya berhenti.

Kalo memang belum puas juga, silahkan aja omong kosong ini dilanjutkan sampe kiamat ,ketika negara lain panik krisis finansial dan menyatukan langkah, kita masih panik masalah tawuran kampung.

menyebalkan.

@rajwalimuda
apa kabar nih? gimana ‘bertapa’nya?
dan gimana nih pendapat mas rajawali ttg gejolak ekonomi sekarang? mas rajawali kan sangat memperhatikan persoalan ekonomi nih..
dan duh, jangan sebal yaa mas rajawali?

saya menerima kegundahan hati bang jephman dan juga yang menjawab sebaliknya dari bang jephman. jangan kita khianati deh keluhan jiwa yang ada. selebihnya itu akan membuat kita belajar memprioritaskan masalah loh. kalau kita selalu mengingkari dengan alasan ga guna dsbnya, kita cenderung tidak lagi memasukkannya dalam prioritas kita. dan itu sama saja dengan membuatnya seolah tak ada. inilah kemudian yang suka menjadi api dalam sekam dalam kehidupan kita baik pribadi maupun bernegara gini.

maka ga papa dikeluarkan mas..
semoga pelan-pelan bisa kita jawab secara simultan dengan persoalan-persoalan lainnya. belajar memperioritaskan dan menemukan integrasinya terhadap persoalan yang lainnya. termasuk jika kelak akhirnya ternyata memang ternyata perlu tuk ditiadakan dengan sendirinya. tapi dengan kesadaran penuh tuh.
multitasking tea deh.. gitu ga sih?

Ada komentar bagus dari blog saya ttg hal ini.
Ini juga menjadi pertanyaan buat ibu: Kenapa pula namanya “Islam Indie”

=================================
Untuk yang satu ini saya ada perbedaan pendapat dengan lae.

Justru yang mayoritas itu yang diam saja. Cocok dengan namanya: Silent Majority. Entah setuju dan diam atau tidak setuju tapi diam, yang jelas tidak ada tindakan apapun untuk mentidakbenarkan yg dilakukan teman-temannya.

Dan yang menjadi muslim yang baik, damai, bersahabat dan penuh toleransi itu JUSTRU mereka yang TIDAK MEMPRAKTEKAN ISLAM MURNI.

Sebut saja Islam Moderat, kalau memang dari sananya sudah modern, buat apa pakai embel2 moderat?

Ada pula Islam Liberal yang sangat bersahabat dengan Non Muslim, kalau memang bersahabat buat apa pakai iliberalisme? Memang Islam kurang bersahabat kalau tidak dicampurkan dengan Liberalisme?

Ada juga Islam Pluralis, KALAU MEMANG ISLAM PLURALIS buat apa pakai pemikiran pluralisme supaya toleran?

Yang paling banyak adalah Islam Abangan, muslim yang mencampuradukan adat istiadat budaya ASLI INDONESIA, ini juga sangat bersahabat dengan non muslim. Lagi-lagi yang jadi pertanyaan : kalau DARI SANA-nya sudah bagus, kenapa yang sudah tercampur dengan budaya Asli Indonesia yang membuatnya terasa adem, damai?

Lucunya, kebanyakan dari mereka yang ada dan kita rasakan toleran, damai dan bersahabat JUSTRU DICAP SESAT.

Dan memang terbukti bahwa mereka yang HANYA mempraktekan Islam TOTAL 100% MURNI dari Al Quran dan Hadits itulah yang diluar kelompok-kelompok yang saya sebutkan diatas.

@jephman
apa kabar bang..? sehat selalu yaa..
hmm, saya ingin menjawab tanggapan itu.
tapi sebelumnya ada yang lumayan tuk bang jephman baca-baca nih. dari kakak saya yang kristen. karena ternyata secara pararel -bisa jadi- kita punya problem yang sama bang. 😉

http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2008/02/ciri-ciri-fundamentalisme-kristen.html

lalu sederhananya nih bang..
ketika beragama sudah sampai taraf cinta atau kasih. maka ya ekspresinya jadi cinta negerinya, cinta budayanya, dan cinta sesamanya – tanpa membeda-bedakan siapapun dan apapun. dan diam? hehehe, cinta memang sulit tuk terlalu banyak dibicarakan bang, inginnya realisasinya saja deh. ingin dibagi rasanya saja.
maka kalau terasa toleran, baik dan ademm… ya memang begitulah “rasa”nya.

lalu kalau saya menyatakan diri sebagai islam indie, itu sih subyektif dan bisa-bisanya saya saja. hehehe… karena saya butuh nama tuk blog ini. setelah diprotes tuk jangan kelamaan jadi mualaf 🙂 dan sedikitnya, “Islam Indie” cermin cita-cita saya tuk mandiri dalam keberagamaan dan hidup saya. itu saja.

selebihnya, konon katanya nih bang.. apalah arti sebuah nama. ya ga? 🙂

soal silent majority. saya pernah tulis deh, kalau saya memang menaruh harap pada silent majority indonesia atas kondisi saat ini. dan dalam kelompok silent majority indonesia jelas ada dongg saudara-saudara yang kristen dan yang lainnya, yang juga menginginkan kedamaian dengan cara damai juga tuk indonesia.

saya berharap grassroot indonesia tetap memiliki “imunitas”nya tersendiri terhadap kondisi saat ini, berupa ekspresi damai dan toleransi asli indonesia.

salam damai 😀

iones rahmat punya blog toh. Baru tahu saya. Siap siap melink.

*maaf OOT*

masing2 kita secara individu atau umat akan mengalami proses pendewasaan berketuhanan yang terus meningkat. semua ketegangan, pergulatan argumen dan segala suasana tidak nyaman yang ada, adalah katalisator untuk menemukan kebaikan yang pasti ada. ketika kita terus berusaha menemukan sisi positif, maka kita akan terus menemukan progress tentang proses kita mendekati Tuhan.
syaratnya adalah selalu bisa mengambil sisi positif. karena tidak ada penciptaan Tuhan yang sia-sia.


Where's The Comment Form?

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...