tuhan tak hanya ada di sana

Posted on November 19, 2008. Filed under: islam indie |

(dibagi yaa…)

hari minggu lalu, saya menghadiri acara walimatul safar teman saya yang akan berangkat haji. seru karena jadi ajang reunian, walau tidak semua teman bisa datang. terutama setelah acara utama selesai, saya yang datang pas jam makan – karena harus menjemput teman yang lain, hehehehe… ya tinggal gabung tuk acara santainya saja.

sampai sore, kami menghabiskan waktu. terlebih ada teman yang datangnya ya sore sekali. walhasil dia datang kita pulang. hehehe..

ga sampe disitu, setelah saya mengantar teman, saya dan suami mash harus menyelesaikan beberapa titipan. salah satunya mengantarkan titipan tuk keponakan yang sedang di Amerika kepada teman kantor ayahnya yang ada di bogor. nah, ternyata o ternyata, teman ayahnya itu pun habis mengelar acara walimatul safar. mau naik haji juga..
saya dan suami ditawari ikutan acara, dan kami mohon maaf tidak bisa. inget anak-anak sudah ditinggal kelamaan. hanya doa semoga lancar dan sehat selama menunaikan ibadah hajinya..

lalu, masih ada satu perlu lagi. saya dan suami melaju menuju tujuan. membelah kota bogor, di sore yang semakin gelap dan rintik-rintik hujan mulai berjatuhan…

berhenti kami di lampu merah..
banyak pengemis, dengan gaya berpakaian yang sama, ibu-ibu mengendong anak, bertutup kepala bandana aneka warna. sebagain berlarian di bawah rintik hujan mendekati mobil-mobil yang berhenti.
saya berharap mereka tak mendekati mobil yang saya ada didalamnya. saya serba salah soal mereka. di kasih membuat mereka betah hidup di jalan, tidak memberi kadang hati saya sakit. ga tega.. maka jangan deh ke sini. saya diam, memejam…

sempat saya bertanya pada suami,
– bisakan ini diperbaiki? banyak yang diajak ke panti, gratiskan makan minum, tetap lari lagi ke jalanan. masih kah mereka mau bekerja keras sebagaimana seharusnya hidup?
jawabnya..
– sudah keenakan juga sih. hidup tanpa aturan..
– bisakah hidup terhormat dan bekerja?
– bisa kali..
ah.. 😦

sebelum mobil melaju, saya juga sempat melihat mereka tertawa-tawa dan bahkan wanitanya merokok di pinggir-pinggir jalan. seolah meminta-minta itu biasa.

hujan turun makin deras, mobil melaju membawa saya yang terdiam pergi meninggalkan pandang pada mereka..
saya menyebutNya
– tuhan…
tapi tanpa terusan
tanpa tahu harus bilang apa??

setelah usai urusan, langit sudah gelap. asal tahu ya, bukan bogor kalau hujannya tidak aneka model. kadang di sini hujan, di seberang kering. kadang di sini kering, di semeter ke depan sudah basah. itulah bogor..

maka kami memasuki kembali daerah bergerimis..
ah, gerimis..
lagi-lagi gerimis..
basahnya mengiris-iris..
sampai ke ulu hati..

ketika mobil melaju melewati rel kereta, tampak tengah tertidur seorang wanita di batu tepian rel dibawah gerimis itu.
😦

tuhannn…

saya bertanya pada suami,
– masihkah –jika– kita bisa berangkat haji, dengan meninggalkan mereka yang tertidur demikian?
suami saya terdiam.

ah,
suami saya mungkin tidak pernah tahu rasanya…

*

saya mengenang suatu masa..
ketika demi tuhan saya memilih agamaNya
lalu tertidur di masjidnya demi tak memiliki tempat tinggal tuk sekedar tidur melepas letih. lalu terdiam di masjidnya, demi tak memiliki uang tuk makan malam nanti.
dan saat itu, saya memandang begitu banyak orang-orang beribadah, memuja tuhan dan bersujud-sujud seharian. bersalam-salaman dengan penuh kehangatan. begitu banggakah dengan kesholehan yang demikian?
tanpa pernah tahu, dipojok… saya yang memilih agamaMu tengah lapar dan keletihan..

maka sejak itu saya tahu,
tuhan bahkan tak ada di rumah-rumah ibadah
yang ada hanya kebanggaan bertuhan
bukan kesungguhan atas nama tuhan

maka jika Muhammad itu hanya seorang pahlawan besar dari negeri Arab..
mengapa mesti begitu banyak devisa dihantarkan ke negeri Muhammad hanya tuk tunjukkan iman pada Tuhan? padahal disini, Dia nyata dan terpasung kebanggaan demi tuhan lain di angan-angan. dan Muhammad jelas sudah mensetarakan haji mabrur dengan menolong sesama

rukun iman dan rukun islam dirumuskan di zaman Umar.

Muhammad tak pernah memaksakan apa-apa selain melawan kebodohan dan amalan yang sia-sia dan seperti angan-angan belaka.
yang dengannya Muhammad merubah paradigma..
dari sebuah negeri bodoh nan sia-sia, menjadi negeri bermandikan cahaya..
dan hari ini…
masihkah di negeri itu bermandikan cahaya Muhammad?
ataukah hanya cahaya dari devisa negeri-negeri tetangga?
dan bahkan cahaya dari devisa negeri sejuta kebobrokan yang ada di depan mata ini?
negeri si jambrud katulistiwa? dan bernama indonesia?

saya bilang pada suami..
– jika saya otoritas Indonesia, maka saya akan mengurangi kuota haji indonesia dengan signifikan. kita –indonesia– yang akan menguranginya, bukan mereka yang menjatahkannya.

karena tuhan ada dimana-mana, dan tuhan tidak hanya ada disana…

agar negeri ini bermandikan cahaya tuhan
cahaya kesadaran dan bukan angan-angan
agar negeri ini nyata dan membangun bersama
agar negeri ini tak hilang sia-sia

saya terdiam, dalam mobil yang keburu melaju. hindari kereta yang akan melewati jalan itu dan melewati wanita yang tertidur di sana..

tuhan, aku melewati opsi haji demi Engkau yang nyata di sini..
katakan tuhan, apa yang harus aku lakukan?
sebagai thawafku, sa’iku, wukufku, jumrohku, qurbanku.. di sini.
katakan tuhan…
katakan…

.

ah, gerimis..
lagi-lagi gerimis..
basahnya mengiris-iris..
sampai ke jantung hati..

tuhan, ajari bangsa ini rasa hadirMu

salam
anis

Make a Comment

Tinggalkan Balasan ke Islam Indie Batalkan balasan

21 Tanggapan to “tuhan tak hanya ada di sana”

RSS Feed for “Islam Indie” Comments RSS Feed

jika meneladani Muahammad SAW mau mu
jangan kau inap kan uang sepeserpun setiap malam, sumbangkan sebelum magrib tiba
Biarkan kakimu bengkak tiap malam dari bersujud,
ganjal perutmu dengan batu tuk menahan laparmu
ganti spring bed mu dengan tikar daun kurma
Patuhi Tuhanmu jangan kebanyakan excuse.
jangan kau keluhkan gerimis
bagaimana jika kita tidak bisa melihat bunga indah bermekaran
Karena kita menggerutu saat Allah menurunkan hujan

kalau dulu lapar di mesjid , ngomong dong.. bilang terus terang ga semua orang itu bisa membaca pikiran seperti halnya ketik spasi reg jawa, kamu tidak cocok di kerja di air kamu cocoknya jadi blogger hehehe

Mungkin itulah sebabnya haji ada pada rukun yang kelima, setelah “puasa” dan “zakat”……, tulisan anda kali ini menyentuh qolbu saya.

secara berjama’ah; syahadatnya, shalatnya, zakatnya, dan puasanya, umat ini masih belum benar. semuanya masih berjalan sebagai simbol, bukan sebagai pemicu keberhasilan mengelola dunia.

@mas budi
sayang mas.. saya tidak pernah bisa bilang perut saya lapar, atau meminta sesuatu.. selama saya masih bisa cari jalan keluarnya sendiri. rasanya enggan meminta pada manusia, selain takut hutang busi, saya juga tak mau dihinakan.. dan bukankah agama mengajarinya demikian? yang saya tahu, saya tengah berusaha mengamalkan ajaran tuhan..

dan apalagi melihat manusia-manusia yang berbahagia begitu, ah.. ngapain menganggu kebahagiaan manusia yang sedang asyik bertuhan?
disana, meski di masjid yang sama, tuhannya dan tuhan saya tengah terasa berbeda, πŸ˜‰

@mas daeng
@kang trend
@semua

maafkan yaa…
saya tak bisa menjawab komen yang berisi kontemplasi dari mas dan kang dan semua. biarlah kontemplasi itu jadi milik anda pribadi dan temukan jawabannya di kedalaman hati masing-masing.
semua tulisan saya di sini, tanpa tendensi apapun.. selain berbagi rasa. tak disetujui, tak mengapa.
makasih..:D

@ayadila
maafkan, but kayaknya kebanyakan kata kebanyakan deh πŸ˜‰
yayaa… no excuse without any ifs, buts, exceptions, hehehe..

Mbak anis yg saya hormati, perbedaan spt inilah yg hrs dihadapi dg segala resikonya :-)..Sayangnya, kebanyakan manusia `malas“ beranjak dari `comfort zone` nya.

Mengulang `simbol` yg disebutkan oleh `trend d bdg`…>Berjalan di jalan takdir dan selalu bersesuaian dg Allah (qadha dan qadarNya).

Klo boleh numpang saran:
1.Tunduk patuh pd segala perintah Allah.
2.Menjauhi segala laranganNya.
3.Ridha dg segala ketentuan dan peraturanNya.

Masalah penafsiran berbeda2, ya terserah pribadi masing2 lah. Jalani saja `garis hidup` masing2.

*Berpikir jernih sering x merupakan `solusi` itu sendiri* ^^

@Ayadila
saya baru memperhatikan baik2 komennya nih.. maaf.
hmm.. haruskah saya dibandingkan dengan Muhammad?

ketika saya memilih agamanya yang membuat saya kehilangan ortu. teman-teman saya UMPTN ditemani ortunya, saya malah kehilangan semuanya. bahkan kehilangan kesempatan kuliah karena boikot ekonomi, dan saya terdiam demi tidak meminta-minta yang bersyarat harus menanggalkan iman ini..
– cukupkah itu dibandingkan dg menginapkan sepesar uang setiap malam?

lalu saya kelaparan dan memang tidak mengganjal perut saya dengan batu, tapi membawanya dalam mimpi2 demi tak terasa perihnya.
– cukupkah itu dibandingkan dg batu di perut Muhammad?

dan bahkan uang tuk saya makan, harus saya berikan kepada panitia zakat, karena katanya itu hukumnya wajib bagi setiap muslim. dan saya katanya adalah muslim.
– cukupkah itu dibandingkan dg bengkaknya kaki karena sholat?

saya harus menumpang dan melulu harus tahu diri bagaimana yang namanya menumpang. padahal tempat menumpang itu muslim juga. yang kasanya, tidak makan sebelum yang lain makan dan tidak tidur sebelum yang lainnya tidur.
– itu juga mau dibandingkan dg tikar kurma Muhammad?

so, yang mana yang saya excuse sama tuhan?
dan kalau memang ingin tahu saya hari ini,
mau saya bukakan akses tuk bertanya pada suami saya?

hehehe.. ayadila adalah mas budikan? atau terlalu banyak budi?
jadi mualaf dulu deh mas, kalau mau tau rasanya iman..
gimana? siap? mau saya aminkan? πŸ˜‰

@mas JM
@aryf
πŸ˜€
saya tengah muak sama semua yang melihat Muhammad seharfiah itu. ( termasuk soal kartun itu ). saya juga muak melihat kesombongan dari mereka yang merasa beriman..
ah.. tuhannnn… tolong deh. reda kan gemuruh sebelum rubuh πŸ˜€

maka plis deh,
beragamalah dengan rasa.
beragamalah dengan hati.
jadilah manusia penuh EMPATI..
jangan hidup tapi seperti mati..
dan bukankah di setiap kita, secara terpisah, hidup selalu mengajari?

@semua
maaf jika komen saya tuk Ayadila sangat kurang berkenan yaa.. terutama tuk Ayadila sendiri.
tapi biarlah dilepas. hanya tuk berbagi kok. selebihnya, saya percaya pada Ayadila. percaya pada apapun yang terbaik bagi masing-masing kita..

begitupun semua ttg saya adalah yang terbaik tuk perjalanan hidup saya. lama-lama saya bisa menikmatinya, mensyukurinya dan santai2 saja kok…
walau kadang gemuruhnya terasa tak selalu merdu.. πŸ˜€

makasih tuk sabar dan setia memberi komentar
sama-sama yuk, sama-sama dewasa dalam beragama.. dan bernegara..
πŸ˜€

sayangnya tidak semua kita
lahir dalam keadaan yatim
sayangnya tidak semua kita
besar dengan berganti orang tua
sayangnya tidak semua kita
sukses dalam berbisnis
sayangnya tidak semua kita
merenung di gua hiro
sayangnya tidak semua kita
di musuhi orang sekampung
sayangnya tidak semua kita
mengalami diboikot ekonomi
sayangnya tidak semua kita
terusir dari kampung sendiri

sehingga kita tidak menemukan substansi
sehingga kita lupa hal yang inti
sehingga kita abai suatu yang hakiki

mba anis yang mengalami hal2 tsb di atas lebih banyak, –setidak2nya dibandingkan saya–, jangan pernah berhenti berbagi di sini. saya yang memiliki sejarah hidup lebih datar, memerlukan kisah tentang rasa itu. dan berharap kepada Tuhan agar dimudahkan mencerna rasa seperti mereka yang mengalami.
terima kasih mba anis. semoga hidayah Tuhan senantiasa melingkupi kita.

Memang begitu banyak fenomena permasalahan yang ada di negeri ini. Di satu sisi begitu banyaknya fakir miskin di sekitar kita yang membutuhkan bantuan, sementara di sisi yang lain begitu banyak pula orang-orang yang naik Haji yang tentunya adalah orang-orang kaya atau orang yang mampu.
Tetapi sebenarnya tidak semua orang yang berHaji adalah orang kaya. Begitu banyak orang yang tidak cukup kaya namun karena kerinduan untuk memenuhi panggilan illahi banyak berusaha dengan keras bahkan kalau perlu pinjam untuk menunaikannya. Tapi banyak pula orang kaya yang tidak mampu naik Haji.
Secara matematis memang cukup sederhana persoalan tersebut dan bisa diatasi dengan cara kelebihan rizki yang dimiliki orang-orang yang ber-Haji tersebut untuk menyelesaikan permasalahan kemiskinan.
Tetapi sepertinya permasalahannya tidak sesimpel itu… Apakah dengan menahan keinginan Haji lalu kemudian hartanya diserahkan ke fakir miskin akan menuntaskan kemiskinan dan kebodohan? Jawabannya tentu saja .. tidak serta merta. Ada banyak hal yang harus benahi di dalam menyelesaikan permasalahan sosial. Beberapa diantaranya adalah Perangkat Negara, Kebodohan, Akhlak, Manajemen dll dll dll, yang banyak sekali diantaranya jauh di luar jangkauan tangan.
Nah untuk urusan Haji, Tuhan telah memberikan banyak tanda-tanda tentang keutamaan Haji ini. Haji disebut mulai dari ‘kewajiban manusia kepada Allah’ ‘ibadah yang harus disegerakan’ ‘bagi yang mampu’, ‘imbalannya adalah Surga’ ‘Haji mabrur lebih utama dari pada dunia segala isinya’ ‘supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka’… dan masih banyak lagi.
Jadi Haji tidaklah semata-mata terfokus pada besarnya ongkos yang harus dikeluarkan tetapi karena Tuhan sebenarnya telah memiliki rencana bagi para tamuNya. Ada banyak pelajaran dan manfaat di dalamnya. Kalau diibaratkan Haji ini adalah sebuah proses Training. Begitu banyak training yang ditujukan untuk peningkatan kualitas manusia. Kita mengenal adanya training ESQ yaitu training yang sangat mengagumkan dari jumlah peserta yang hadir serta metoda yang disampaikan (saya anggap ini adalah salah satu training terbaik yang pernah saya tahu… ‘the ultimate training’). Tetapi Haji adalah training yang diberikan oleh Tuhan bagi manusia… jadi tentunya ini adalah training yang sangat dahsyat dan menggetarkan. Ada syaratnya tentu saja… yaitu bagi yang lulus training, atau mendapat gelar Haji Mabrur.
Semestinya orang yang lulus training mampu mengimplementasikan hasil-hasil trainingnya tersebut. Dan yakinlah bahwa jika banyak orang lulus training dengan predikat sangat memuaskan akan memiliki bekal untuk melakukan perubahan-perubahan yang signifikan se-selesainya training. Orang yang mengikuti training pada usia muda tentunya masih memiliki energi yang sangat banyak untuk melakukan perubahan. Perubahan untuk dirinya, keluarganya, masyarakat, dan negara.
Jadi di samping kerisauan-kerisauan terhadap semua fenoma disekeliling kita, Haji tetaplah merupakan suatu undangan yang tidak mungkin dilewatkan bagi yang mengharapkan turunnya pertolongan Tuhan.

Wallahu a’lam – Just Sharing dan mohon maaf kepanjangan πŸ™‚

@ budihen
untuk sampai ke teknis, pendapat mba anis ini memang berat. makanya jangan dipandang sebagai tidak sepakat dengan ritual haji yang sudah ada.

tapi sebagai sense terhadap esensi, ini termasuk kritik terhadap fenomena begitu membludaknya ibadah haji kita –sampai menjadi bisnis yang luar biasa buat siapapun–, tapi tidak memberikan perbaikan bagi kehidupan umat Islam di Indonesia ini.

artinya, tahapan pelaksanaan rukun Islam kita itu sudah tepat atau tidak untuk menjawab permasalahan kontemporer umat ini apalagi bersama umat2 yang lain. padahal semua rukun sudah dijalankan, termasuk yang memakai “password” bagi yang sudah mampu.

apalagi kalau kita renungkan, permasalahan bangsa yang terus berputar pada situasi minus dan terbelakang. bagi bangsa yang sudah “mampu” berhaji yang artinya sudah “mampu” menjalankan semua rukun agamanya, ternyata masih memiliki masalah segudang.

pertanyaan dengan nada keras harus kita tanyakan kepada diri kita masing2, sudah benarkah pelaksanaan rukun Islam kita?

Mbak Anis πŸ™‚
Saya dibesarkan dalam tradisi `bertarung`, dlm bentuk apapun dan bukan hanya fisik :-). Tentu saja tak selalu dimenangkan. Karena itu saya selalu meminta `tarung ulang` sampai tak ada lagi yg bisa saya ajak utk `bertarung`..ujung2nya malah latihan `bertarung dg diri sendiri`. Bnr2 melelahkan dan menguras tenaga baik fisik maupun mental.. Sampai suatu ketika ada yg mengatakan “utk apa selalu menang kalau kamu jd sendirian???seberapa sanggup kamu kalahkan semua???”.. Lalu saya berpikir “apakah tujuan semua ini agar ditakuti/disegani atau hanya utk menutupi ketakutan dan kelemahan diri sendiri”..

Lalu saya `menyerah` tp tetap tidak menyelesaikan persoalan. `sifat` itu tetap tidak mau ditundukkan dlm artian dimiliki ataupun memiliki sepenuhnya πŸ™‚

Ternyata setelah saya pahami secara sederhana, menyerah itu bukan berarti diam, dan bertarung itu tidak selalu harus bergerak. Biarkan saja rasa itu selalu ada, dalam arti seluas2nya..ya karena saya sendiri g tau mo ngartikannya gmn? ^^

PS:nah, komen di atas adlh bahasa yg plg sederhana yg bisa saya tulis. makanya saya kagum (halaah..) ngeliat2 `bacaan` setiap x blogwalking dan bergumam “oo..begitu ya..trs kalo begini gmn?”, maka jadilah komen yg beragam ^^..Pd prinsipnya, kalo g bisa dinikmati, matilah diri ini.

@kang budihen
@kang trend
@mas Aryf
saya mungkin hanya ‘sedikit pintar’ karena belajar dari pengalaman sendiri. kepahitan memang telah membuat saya melihat dari sisi yang berbeda. tapi konon katanya adalah orang BIJAK, yang belajar dari pengalaman orang lain, tanpa mesti merasakannya sendiri..
bijakkah anda? πŸ˜‰

@tren
Saya setuju 100% dan
memang saya memang tidak dapat memberikan solusi maupun komentar yang banyak terhadap kontemplasinya mbak Anis yang sangat dalam.
Saya hanya ingin berbagi dari satu sudut yang kecil saja.

@ budihen
saya juga sepakat dan mengamini pendapat kang budihen. bahkan saya masih ingin mencari lagi dan melengkapi pendapat2 yang lain lagi, yang berbeda lagi, untuk semakin melengkapi bagaimana wajah Tuhan itu sesungguhnya.

sesungguhnya belajar menemukan persamaan atau menemukan simpul dari perbedaan yang tajam dan banyak adalah suatu tangga untuk mengenal Tuhan.

karena saya yakin Tuhan akan mengakomodir semua ciptaanNYA. tidak mungkin kebenaran Tuhan ada di kepala saya saja, atau kepala Anda saja, atau kepala dia saja, atau kepala mereka saja. Tuhan adalah representasi dari kita semua.

@kang trend
@kang budihen

ga usah jauh-jauh ke soal kontemplasi saya yang dalam deh, saya biasa-biasa aja.
saya mau ajak mikir ini nih… nyata.

semua kita tahu dan sadar, berapa korupsi yang terjadi tuk dana haji ini??
bahkan depag urusan haji, pernah terkenal sbg tempat yg basah, bahkan korupsi tertinggi.

cerita nih, seorang ustad semangat menawari haji dan umroh pada setiap pengajian. saya sampai jengah mendengarnya. karena katanya, gimana kalau mati tapi belum haji? belum genap rukun islamnya. minimal umroh deh, haji kecil. gitu katanya..

saya ya biasa saja toh, wong saya punya pendapat sendiri ttg haji ini.
nah, selang berapa waktu, datang pada saya seorang ibu yang akan umroh. katanya mereka segroup dg ustad itu. ustad jadi pembimbingnya. tapi ongkos umroh mereka jadi lebih mahal karena untuk membiayai umroh dan membayar sang ustad tuk membimbing mereka. masih relatif lebih murah kok itu dibanding dengan pakai biro haji pada umumnya, gitu katanya.

hmmm… hehehe
kadang saya pikir, Islam ini memang telah jadi ladang nafkah banyak orang. maka siapa yang siap ladang makanannya di rapikan atau bahkan di kurangi?? banyak pihak yang akan mempertahankan bentuk islam yang begini deh. sederhananya begitu..
gitu ga sih?

umat ini sudah digiring kepada politik mendapatkan uang. bukan diajarin memiliki manfaat. padahal yang paling banyak manfaat adalah yang paling baik. manfaat ini kan bahasa lain dari produk. siapa yang menyanggah henpun yang Anda pakai punya manfaat? mobil, motor, TV, leptop, fax, dsb.

bangsa kita punya manfaat apa? peniti aja dibikinin orang lain. maka pelajaran pada rukun Islam yang ke-3 soal zakat itu belum tuntas sampai operasional. bahwa mereka yang berzakat itu adalah karena memiliki manfaat.

kemudian mereka berilmu sebagai aplikasi dari rukun puasa. dan genaplah ketika mereka telah sempurna juga rukun-1 dan rukun-2 nya. menjadilah ia manusia yang disebut mampu. yang menjadi password berhaji. dan ia akan bertemu dengan Tuhan di sana karena di sini sudah sering ketemu dan janjian ketemu di sana.
gitu ngga ya, mba anis…???

Asik deh baca blognya k Anis. Serasa ke suatu
rumah, yang tuan rumahnya baek dan apa adanya.
Maaf lahir bathin ya K Anis….,
insya Allah kami mau berangkat haji, besok
berangkat ke Mekkah naik bis.
Memang, terus terang, kalau level saya,
menyukai ‘kemewahan’ tapi selalu hampir nangis
melihat orang susah. Kontradiktif ya kak.
Loh kok jadi curhat… ntar disambung ya
ngobrolnya…

Asik deh baca blognya k Anis. Serasa ke suatu
rumah, yang tuan rumahnya baek dan apa adanya.
Maaf lahir bathin ya K Anis….,
insya Allah kami mau berangkat haji, besok
berangkat ke Mekkah naik bis.

@Riva
wah, main aja sekalian ke sini.. biar ketemu langsung sama tuan rumahnya..
Doha – Bogor dekat toh? hehehe πŸ˜›
met berhaji k’riva, semoga sehat, dapat refleksinya dan mabrur..
salam buat k’Ihsam dan anak-anak.


Where's The Comment Form?

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...